Harga Sarang Burung Walet Turun, Ekspor Lewat Vietnam Jadi Biang Kerok?

Dalam beberapa bulan terakhir, pelaku usaha sarang burung walet di Indonesia dibuat resah. Pasalnya, harga komoditas mewah ini terus merosot, bahkan di bawah ambang wajar. Banyak yang bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi?Salah satu penyebab yang mulai banyak disorot adalah meningkatnya ekspor sarang burung walet dari China bukan dari produksi mereka sendiri, tetapi dari produk yang mereka impor melalui Vietnam. Kondisi ini dinilai merusak pasar, termasuk bagi Indonesia yang selama ini dikenal sebagai salah satu produsen utama sarang burung walet berkualitas tinggi.Kenapa Lewat Vietnam?Vietnam saat ini menjadi jalur transit yang cukup strategis. Banyak walet dari negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, yang masuk ke Vietnam terlebih dahulu, kemudian diekspor kembali ke China dengan label “produk Vietnam”. Praktik ini tentu memberikan keuntungan tersendiri bagi eksportir di Vietnam dan China, tapi jadi bencana bagi peternak dan eksportir walet Indonesia.“Kalau Vietnam bisa kirim lebih cepat dan murah ke China, apalagi lewat perjanjian dagang mereka, ya jelas pasar kita kena imbas,” ujar seorang eksportir walet asal Kalimantan Barat.Harga Anjlok, Peternak MeranaSebelumnya, harga sarang burung walet bisa mencapai Rp15 juta hingga Rp20 juta per kilogram untuk kualitas premium. Namun kini, banyak peternak mengeluhkan harga jual hanya berkisar Rp7 juta hingga Rp10 juta per kilogram. Bahkan, untuk kualitas menengah ke bawah, harganya bisa jatuh hingga di bawah Rp5 juta.Peternak yang sudah terlanjur berinvestasi besar pun mulai menjerit. “Kami sudah bangun rumah walet, perawatan mahal, belum lagi tenaga kerja. Kalau harga terus turun begini, bisa bangkrut,” kata Andi, peternak walet dari Sulawesi Selatan.Perlu Langkah Tegas PemerintahPelaku industri meminta agar pemerintah turun tangan lebih aktif. Selama ini, ekspor sarang burung walet ke China sangat tergantung pada kuota dan perizinan ketat. Namun, dengan adanya jalur ‘belakang’ melalui Vietnam, produk Indonesia justru kalah bersaing meski dari sisi kualitas jauh lebih baik.“Kalau pemerintah tidak segera melobi China atau mengatur ulang sistem ekspor, bisa-bisa industri walet kita mati perlahan,” ungkap Ketua Asosiasi Walet Indonesia.Harapan Masih AdaMeski situasi saat ini sulit, banyak pihak tetap optimis. Potensi pasar di China masih sangat besar, karena sarang burung walet tetap menjadi produk yang sangat dihargai di sana, khususnya untuk kesehatan dan kecantikan.Yang dibutuhkan kini adalah strategi nasional yang lebih solid baik dari sisi diplomasi perdagangan, penguatan branding produk lokal, maupun pembukaan akses ekspor yang lebih langsung dan efisien.

Vietnam, yang sebelumnya hanya pemain kecil di industri walet, kini mulai bangkit dengan cepat. Pemerintah Vietnam gencar membuka kerja sama dagang langsung dengan China, termasuk membuka jalur ekspor resmi sarang walet dalam jumlah besar.

Beberapa poin yang membuat Vietnam lebih kompetitif:

• Proses ekspor lebih cepat dan terorganisir
• Fasilitas sterilisasi dan sertifikasi memenuhi standar ketat China
• Dukungan pemerintah terhadap industri walet yang lebih kuat
• Jarak geografis lebih dekat ke China

Dengan keunggulan itu, produk Vietnam lebih mudah masuk ke pasar China dan lebih disukai oleh importir besar, karena harganya kompetitif dan kualitasnya terus meningkat.

---

Dampak ke Indonesia: Harga Jatuh, Petani Terjepit

Akibat membanjirnya sarang walet dari Vietnam, harga sarang burung walet asal Indonesia ikut tertekan. Buyer dari China kini memiliki lebih banyak pilihan, dan itu membuat daya tawar eksportir Indonesia melemah.

Contoh nyata dari penurunan harga ini bisa kita lihat di tahun 2025, di mana harga sarang walet kualitas mangkok hanya berkisar antara Rp 11 juta – Rp 12,5 juta/kg, jauh di bawah masa keemasannya beberapa tahun lalu.

Banyak peternak kecil mengeluh karena biaya produksi tidak sebanding dengan harga jual. Bahkan ada yang terpaksa menutup rumah waletnya karena terus merugi.

Apa yang Harus Dilakukan Indonesia?

Meski terdampak, Indonesia masih memiliki peluang besar jika mau berbenah. Beberapa solusi yang bisa dipertimbangkan:

1. Perbaikan Jalur Ekspor Resmi
   Indonesia perlu memperkuat kerja sama diplomatik dan perdagangan dengan China agar ekspor sarang walet lebih cepat dan langsung, tanpa banyak birokrasi.
2. Standarisasi Kualitas Nasional
   Produk sarang walet Indonesia harus memenuhi standar kebersihan, kadar nitrit, dan bentuk yang sesuai permintaan pasar global.
3. Fokus pada Branding dan Nilai Tambah
   Selain bahan mentah, kita bisa menjual produk turunan seperti minuman sarang walet, kosmetik, hingga kapsul kesehatan untuk pasar domestik dan ekspor.
4. Kolaborasi Petani dan Eksportir
   Koperasi walet dan kemitraan jangka panjang dengan buyer luar negeri bisa membantu harga tetap stabil.